The Appetizer

Prelude

Halo, semuanya! Kali ini aku mau bawain tulisan pakai riset ringan alias anabel (analisis gembel kalau kata Fedi Nuril). Topiknya yang tipis-tipis aja, guys.

Tulisan ini diilhami karena keisenganku yang lagi ‘membunuh waktu’ dengan baca buku Menuju Era Baru Dokumentasi-nya (alm.) Blasius Sudarsono, praktisi di dunia Dokumentasi (juga perpustakaan).

Saat itu, aku tergerak untuk membaca bagian di Pendahuluan bukunya. Entah kenapa, tumbenan aja rasanya. Namun, ternyata dari bagian itu, aku merasakan banyak insight yang sangat keren.

Sampai muncul lah akal (sok) ngideku mikir, “Anjir, apa gue harus nulis kenapa orang-orang harus baca bagian Introduction atau Pendahuluan? Karena ternyata isinya daging semua, nggak boleh diremehin”

Maka, itulah latar belakang kenapa tulisan ini dibuat… (muehehehe)

Baiklah, guys guys semua. Tanpa banyak babibu kita mulai ke pembahasannya aja, deh.


Main Topic

“Pendahuluan”

Introduction

Kalian pasti pernah baca literatur yang memuat bagian tersebut, kan? Apakah kamu benar-benar membaca bagian tersebut?

‘Kadang aja, sih’

‘Engga, sih. Biasanya langsungan aja

Mulai dari sekarang, aku mau nyaranin kalian untuk baca bagian “Pendahuluan”, “Introduction”, atau “Pengantar”, deh.


‘Apa pentingnya, sih?’

Sebelum masuk ke poin penting bagian pendahuluan. Ku mau anulir satu-satu dulu, deh, tujuan penyusunan pendahuluan. Yah, biar kita juga dapat gambaran tentang tingkat urgensi dari eksistensinya pendahuluan itu sendiri.

Kalau kata Ammon (2023), sih, tujuan pendahuluan itu untuk kasih tahu latar belakang dan konteks dari tulisan si penulis;

- Apa, sih, yang penulisnya ingin sampaikan

- Apa pentingnya topik ini untuk ditulis

- Kenapa penulis ingin kasih tahu pembaca tentang topik yang mau dia tulis


Hal itu bakalan mengantarkan pembaca kepada spektrum berpikir si penulis, seperti:

- Bagaimana penulis merumuskan masalah untuk dijadikan topik yang cukup menarik

- Framework berpikir penulis

- Kualitas penulis dalam menyajikan suatu informasi

- Gaya penulisan si penulis sampai mampu ‘menggelitik’ curiosity pembaca

Sehingga pembaca akan menyimpulkan kredibilitas penulis berdasarkan aspek-aspek tersebut yang sebenarnya ter-cover pada bagian Introduction atau Pendahuluan.


‘Terus, Introduction yang kualitasnya bagus, tuh, yang seperti apa?’

Ammon (2023) ngejabarin tipe Introduction yang baik seperti apa, berikut aku tuliskan, yups:

1. Dituliskan dengan pembukaan yang strong untuk menarik minat pembaca

2. Tidak menjelaskan topik secara in-depth di bagian pendahuluan

3. Latar belakang dan historical context sudah pasti perlu

4. Ajak pembaca untuk mengetahui topik yang kamu bawakan dengan menuliskan cakupan, permasalahan yang terjadi, hipotesis, hingga objektif

Gitu yah, agan dan sista sekalian. Barangkali buat jadi tips singkat aja (bukan untuk rujukan ilmiah ya, anabel only soalnya).


Finale

So, that’s why we should to build the urge of read the Introduction section karena agar kita tahu, apakah pembaca dan penulis memiliki kekhawatiran dan curiosity yang sama dalam melihat suatu isu? Atau kita akan mendapat insight baru dari kacamata penulis? We never know.

Toh pada akhirnya, ku kira, nggak ada hal yang ‘percuma’ dari suatu buku. Kita semua punya urgensi untuk membaca, yaitu untuk banyak tahu dimulai dari membaca framework dan analisa penulis berdasarkan Pendahuluan yang ingin ia sampaikan.


The introduction is more like an appetizer. Chef will ‘cook’ and serve the appetizing food; makanan awal yang akan membangkitkan selera makan seseorang hingga akan terus menarik selera makan orang tersebut sampai akhirnya the main course one siap disajikan.


Reference

Ammon, C. 2023. Introduction Section for Research Papers. San José State University Writing Center.


Comments

Popular Posts